Ketika Ayah Menyebelkan
Saat-saat bersama merupakan hal yang kadangkala menjengkelkan. Seperti aku saat berada bersama ayahku. Bila aku melakukan kesalahan, maka dia akan menasehati aku selama waktu yang tidak sebentar.
Saat dia menasehati aku:
Itu membosankan.
Itu memuakkan.
Itu pengetahuan yang kuno.
Itu …
Tapi akhirnya aku tahu bahwa, dia memang lebih banyak tahu dari aku. Dia memiliki kemampuan yang lebih besar dari aku. Dia memiliki kecakapan yang lebih kuat dari aku. Dan mengenai kehidupan ini, dia lebih berpengalaman daripada aku.
Itulah sebabnya, aku butuh bersamanya. Aku butuh nasehatnya.
Karena, aku masih saja melakukan kesalahan.
Tapi, bersamanya kini hanyalah sebuah kenangan. Kenangan yang hidup. Mengenangnya, bila aku ingin menangis, maka aku akan menangis, itu terasa lebih nyata.
Bila sudah begitu, artinya aku butuh orang lain untuk bersama.